VIRUS HERPES KOI (KHV)
Virus
herpes koi (KHV) merupakan nama virus yang menyebabkan penyakit herpes
koi. Penyakit ini menyerang ikan koi dan ikan mas, bersifat akut dan
ganas serta dapat menyebabkan kematian ikan secara massal dalam waktu
yang relatif singkat.
Penyakit
ini umumnya menyerang ikan mas dan koi ukuran konsumsi, terutama yang
dipelihara secara intensif seperti pada kolam air deras dan karamba
jaring apung.
KHV memiliki ukuran diameter 170-230 nm, sedangkan nucleus berukuran 100-110 nm dengan bentuk icohedral. Partikel
inti berbentuk circular atau poligonal dengan diameter 78-84 nm dan
ekstraseluler virus terbungkus sebagai virion matang dengan diameter sekitar 133 nm Memiliki nama lain Cyprinid herpesvirus 3 (CyHV-3).
KHV
memiliki 31 polipeptida virion dimana 12 diantaranya memiliki berat
molekul yang sama dengan herpesvirus cyprini (CHV) dan 10 virion sama
dengan channel catfish virus (CCV) (Gilad, et al., 2002). Genom KHV
adalah molekul linear dsDNA dengan ukuran sekitar 270-290 kbp dan
berbeda dibandingkan dengan herpesvirus lain yang sudah diketahui,
diantaranya vaccinia virus (sekitar 185 kbp) dan herpes simplex virus
type 1 (sekitar 150 kbp) (Hutoran, et al., 2005). Waltzek, et al. (2005)
telah menunjukkan sekuen asam amino KHV pada gen DNA helicase (GenBank
accession no. AY939857), intercapsomeric triplex (GenBank accession no.
AY939859), DNA polymerase (GenBank accession no. AY939862) dan major
capsid protein (GenBank accession no. AY939864).
KHV
memiliki dua gen yang belum pernah didapatkan pada genome anggota
herpesviridae, yaitu: thymidylate kinase (TmpK), serine protease
inhibitor (Ilouze, et al., 2006a), dan menghasilkan sekurangnya empat
gen yang mengkode protein yang sama dengan yang diekspresikan oleh virus
pox, yaitu: thymidylate kinase (TmpK), ribonucleotide reductase (RNR),
thymidine kinase (TK) dan B22R-like gene (Ilouze, et al., 2006b). Sekuen
TK telah diisolasi dan dikembangkan untuk analisis PCR dan dapat
mengamplifikasi fragmen template DNA KHV pada 409 bp dan tidak dapat
mengamplifikasi fragment template CCV, CHV ataupun galur sel KF-1
(Bercovier, et al., 2005).
Distribusi geografis
Koi
Herpes virus (KHV) yang menyerang ikan mas dan koi pertama kali
ditemukan di Israel tahun 1997 (Doyle, 2003), kemudian Amerika Serikat
dan beberapa Negara Eropa diantaranya Inggris, Denmark , Belanda. Di Asia, KHV menyerang ikan mas dan koi pada tahun 2002 di Indonesia, awal tahun 2003 di Taiwan dan terakhir di Jepang akhir tahun 2003 (Haenen, 2003).
Di Indonesia, Koi
Herpes Virus menyerang ikan mas dan koi pertama kali di Blitar pada
bulan Maret 2002 , terus menyebar ke Jawa barat pada bulan April 2002, Jawa Tengah dan Bali . Pada bulan Februari 2003, penyakit ini menyebar ke Pulau Sumatera. (Sunarto et al, 2002).
Pada bulan September 2004 penyakit ini mewabah di Kalimantan. Tahun 2005, Koi Herpes Virus menyerang ikan mas di Danau toba. Penyebaran Koi Herpes Virus yang semakin meluas ini akibat adanya pengiriman ikan dari daerah yang terinfeksi sebelumnya. Akibat wabah ini , kegiatan budidaya ikan mas mengalami penurunan hingga sekarang.
Agen penyebab
Agen
penyebab dari penyakit ini yaitu virus herpes koi (KHV) yang termasuk
dalam family herpesviridae. Waltzek memasukkan virus tersebut ke dalam
klasifikasi virusherpes dan menamakannya cyprinid herpesvirus 3 (CyHV-3)
dengan mengikuti nomenklatur herpesvirus
cuprinid lain: CyHV-1 (cacar virus pada ikan mas, papillomaikan) dan
CyHV-2 (virus nekrosis haematopoietic pada ikan mas). Ukuran genome
virusini diperkirakan mulai dari 150 kbp sampai 227 kbp, ada pula yang
sampai 295 kbp.Virus KHV ini telah diidentifikasi dan di dalamnya
terdapat empat gen coding untuk helikase, sebuah protein triplex
intercapsomeric, DNA polymerase dan sebuah proteinkapsid utama.
Rangkaian analisis dari gen tersebut menunjukkan bahwa KHV sangatdekat
hubungannya dengan CyHV-1 dan CyHV-2.
KHV
telah dapat dikonfirmasi sebagai agen penyebab penyakit masal yang
menyebabkan kematian pada ikan mas dan koi berdasarkan pada data,
sebagai berikut:
1) virus dapat diisolasi dari ikan yang sakit dan tidak dari ikan yang sehat (naive specimen),
2) inokulasi virus yang ditumbuhkan pada media sel sirip koi (KFC) dan menyebabkan sakit yang sama pada naive specimen,
3)
ko-kultivasi sel ginjal dari spesimen yang diinduksi penyakit dapat
menghasilkan virus yang sama ketika ditumbuhkan pada media KFC,
4) transfer virus dari ikan sakit ke media kultur sirip ikan mas (CFC) dalam tiga siklus dapat dilakukan,
5) Isolasi virus yang diklon pada kultur jaringan dapat menginduksi penyakit yang sama pada ikan,
6)
Sera kelinci yang dibuat untuk melawan virus yang dimurnikan dapat
berinteraksi secara spesifik dengan jaringan yang berasal baik dari ikan
yang diinfeksi pada eksperimen ataupun dari ikan sakit dari kolam,
7)
DNA viral telah didentifikasi pada KFC yang dinfeksi dan pada ikan
sakit tetapi tidak dari ikan sehat. Identifikasi awal KHV ini telah
memudahkan diagnosis penyakit dengan infeksi KFC, PCR dan metode
immunologi (Ilouze, et al., 2006a).
Gejala klinis
Gejala
klinis adalah tanda-tanda yang dapat dilihat langsung dengan mata
telanjang atau secara kasat mata pada organ luar maupun pada organ dalam
tubuh ikan.
Gejala
khas penyakit KHV dapat dilihat dari kerusakan yang terjadi pada insang
yang diawali dengan memucatnya warna insang dan selanjutnya terjadi
kerusakan pada lembaran insang. Pada kasus serangan yang parah, insang akan mengalami pendarahan.
Gambar: Koi dengan insang berbintik-bintik dan mata cekung karena penyakit KHV
Selain gejala tersebut, tanda-tanda lain yang nampak adalah:
• Hilangnya nafsu makan
• Produksi lendir yang berlebihan
• Timbulnya infeksi sekunder berupa luka borok maupun melepuh di permukaan tubuh serta iritasi sirip
• Organ dalam seperti limfa dan ginjal mengalami perubahan warna atau rusak.
• Ciri lainnya adalah terjadinya kematian ikan secara cepat dalam satu populasi ikan.
Epidemiologi
Metode
penyebaran (transmisi) KHV yaitu secara horizontal melalui media air
sehingga ikan yang terinfeksi akan dengan mudah menginfeksi ikan lain
yang sehat dengan cepat. Adanya kontak langsung dengan ikan yang
terinfeksi, makan cairan dari ikan terinfeksi dan air, lumpur atau
fomites lain / vektor akan masuk ke dalam kontak dengan sistem
terkontaminasi. Virus infektif masuk ikan rentan melalui insang dan melalui usus (Disyon et al 2005.). Tergantung
pada suhu air, ikan rentan yang terkena KHV baik dapat menjadi
terinfeksi, mengembangkan penyakit, dan mati atau dapat bertahan hidup
pecahnya awal penyakit dan menjadi pembawa virus (OATA 2001).
Bergman et al. (2006)
terdeteksi KHV DNA dalam mas klinis sehat dan spesies lain ikan hias,
menunjukkan bahwa spesies ini juga dapat membawa virus dan mungkin bisa
terjangkit virus dan menyebabkan penyakit KHV pada ikan mas rentan.
Menurut Hendrick et al (2000), penyakit KHV menyebabkan kematian yang besar dan bersifat sporadis pada ikan mas dan koi. Suhu optimal virus herpes yang menyebabkan kematian adalah 18-27oC. Kematian ikan akan menurun bahkan berhenti bila suhu air berada di atas atau dibawah kisaran optimal. Serangan penyakit ini menunjukkan kematian yang sangat cepat, ikan akan terlihat sakit dan akhirnya mati dalam 24-48 jam. Gejala
klinis ikan yang terserang herpes antara lain adalah pendarahan pada
insang, bercak pucat pada insang, mata cekung dan ikan gelisah (kadang
tidak aktif berubah menjadi sangat aktif atau sebaliknya) (OATA, 2001).
Penyebaran KHV (Koi Herpes Virus) terjadi Penyakit ini sangat berbahaya untuk budidaya ikan mas. Penyakit
ini dapat menyebabkan kematian yang tinggi. Penyakit ini dapat
menyerang berbagai ukuran ikan mulai larva hingga induk, biasanya
terjadi pada kisaran suhu (18-28) 0C dan dapat menyebabkan kematian
80-100% (Perelberg, et al., 2003; Gilad, et al., 2003; Ilouze, et al.,
2006a). Pada ikan sakit, paling sering teramati luka pada insang, sisik,
ginjal, limfa, jantung dan sistem gastrointestinal (Ilouze, et al.,
2006a). Secara visual pada bagian eksternal tubuh, dapat teramati adanya
warna sisik yang gelap dan nekrosis insang yang akut (Choi, et al.,
2004) dan hemoragik pada dasar sirip punggung, sisip dada, dan sirip
anus (Grimmett, et al., 2006), sedangkan secara histologi dapat teramati
adanya perubahan pada insang berupa kehilangan lamela (Pikarsky, et
al., 2004).
Lingkungan Yang Menunjang
Faktor lingkungan yang berperan dalam menunjang kehidupan virus pathogen ini antara lain adalah temperatur. Temperatur optimum untuk hidup dan berkembang adalah 18-27°C. Serangan yang mengakibatkan kematian ikan dengan cepat (2-3 hari), terjadi pada suhu 22-27°C. Pada kasus wabah, mortalitas 80-100% terjadi dalam waktu 10 hari. Sedangkan pada suhu 30°C keatas tidak terjadi kasus penyakit.
Diagnosa
Diagnostik identifikasi KHV dapat dicapai dengan metode langsung dan tidak langsung
a. Metode langsung
Beberapa. metode langsung adalah prosedur yang mendeteksi virus yang sebenarnya atau "potongan" virus. metode
tidak langsung prosedur yang quantitate respon kekebalan tubuh dengan
mengukur kadar antibodi (Hedrick et al 2000;. OATA 2001; Goodwin 2003).
Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi KHV meliputi:
1) Isolasi dan identifikasi virus
Isolasi
dan identifikasi virus (misalnya, tumbuh virus) dengan menggunakan
garis sel rentan seperti Koi Fin (KF) baris sel {pertumbuhan optimal
diamati pada suhu antara 59 ° dan 77 ° F (15 ° dan 25 ° C)}
2) Teknik PCR
Teknik PCR yaitu, pengujian untuk kehadiran bahan DNA KHV. Untuk tes diagnostik langsung, jaringan dikeluarkan dari ikan yang dikumpulkan hidup kemudian eutanasia. Isolasi dan deteksi virus pada jaringan dari ikan yang mati lebih dari beberapa jam dapat diandalkan. Non-mematikan
tes diagnostik langsung tersedia pada sampel seperti darah, feces,
lendir dan klip insang (yaitu, biopsi), tetapi tes ini dapat
menghasilkan hasil yang kurang pasti atau kurang akurat. Tes sel kultur positif menunjukkan adanya infeksi, yang aktif berlangsung dengan KHV. deteksi
DNA Positif KHV dengan PCR menunjukkan bahwa virus ada, sehingga
mengidentifikasi sakit koi dengan KHV dan dapat mendeteksi beberapa
operator KHV.
b. Metode tidak langsung
Metode tes tidak langsung untuk KHV termasuk immunosorbent assay enzyme-linked (ELISA) dan netralisasi virus (VN) pengujian. Tes-tes ini dapat dilakukan pada sampel darah dan, oleh karena itu, alat diagnostik non-mematikan. ELISA
atau VN dapat memberikan bukti bahwa ikan telah atau pada satu waktu
memang memiliki respon kekebalan tubuh (yaitu, produksi antibodi)
terhadap KHV. Sebuah tes positif ELISA atau VN untuk KHV
menunjukkan bahwa ikan telah menghasilkan antibodi terhadap KHV dan baik
mengalami wabah atau carrier. Namun, sel-sel kekebalan
tubuh memproduksi antibodi-waktu untuk menjadi aktif, dan dari waktu ke
waktu, jika ikan tidak lagi sakit, KHV-spesifik-antibodi produksi dapat
memperlambat atau berhenti. Oleh karena itu, ELISA atau VN
mungkin tidak dapat mendeteksi antibodi terhadap KHV jika infeksi
terjadi tahun sebelum atau jika ikan belum punya waktu untuk memproduksi
antibodi.
Hasil tes negatif dengan baik langsung maupun tidak langsung tidak selalu berarti ikan tidak carrier. Tidak ada tes yang definitif mendeteksi semua operator atau selamat.
Selain itu juga diagnosis Penyakit KHV dapat dilakukan melalui pendekatan :
v Gejala klinis
v Diagnosis Laboratoris
1. Gejala Klinis
Adapu tanda-tanda ikan yang terserang KHV :
1 Gerakannya tidak terkontrol
2 Megap-megap
3 Nafsu makan menurun
4 Kulit melepuh
5 Insang geripis pada ujung Lamella kemudian membusuk
6 Terjadi kematian massal dalam 1-5 hari.
2. Diagnosis Laboratoris
Adapun diagnosa laboratoris terdiri atas:
1. Isolasi virus
2. Identifikasi melalui Bioassay, histopatologi Mikroakop electron, PCR (Polymerase Chain Reaction)
Bioassay
Teknik
Diagnosis ini, selain dapat mengetahui patogen utama juga dapat
diperoleh informasi beberapa sifat biologis diperoleh informasi beberapa
sifat biologis patogen antara lain :
a. Mekanisme transmisi secara horizontal,
b. Virulensi dan masa inkubasi,
c. Inang spesifik dan non spesifik.
Pengendalian dan pencegahan
Apabila
serangan diikuti dengan infeksi bakterial berupa borok, dapat digunakan
antibiotik yang diijinkan untuk mengobati infeksi sekunder tersebut
melalui suntikan intra muscular.
Mengingat
penyakit yang disebabkan oleh virus ini belum dapat diobati, maka
penanggulangannya dititikberatkan pada pencegahan terjadinya serangan
penyakit terhadap ikan yang belum tertular. Pencegahan
tersebut dilakukan dengan pemberian vitamin C yang dicampurkan ke dalam
pakan dengan dosis 500 mg dalam setiap kilogram pakan yang diberikan
selama pemeliharaan.
· Teknik pengendalian
Munculnya
penyakit pada ikan umumnya merupakan hasil interaksi yang kompleks
anatara 3 ( tiga ) komponen dalam ekosistem perairan yaitu :
1. Ikan yang lemah
2. Kualitas lingkungan yang buruk
3. Patogen yang ganas
Maka strategi mangemen kesehatan ikan harus difokuskan pada upaya pembenahan ke komponen tersebut antara lain :
1. Penyediaan benih bermutu
2. Eradikasi patogen
3. Pengelolaan Lingkungan Budidaya
· Pengelolaan Lingkungan Budidaya
1. Lokasi Kolam
Harus bebas pencemaran limbah (industri rumah tangga, pertanian) dengan cara memfilter air yang akan masuk kolam.
2. kawasan Bebas Kebersihan
Produksi
dalam satu hamparan kolam dan ditentukan oleh kesadaran, kesamaan dan
kedisiplinan pembudidaya dalam menerapkan teknik budidaya yang benar.
3. Sistim Budidaya
1. Sistem
Budidaya polikultur merupakan alternatif yang dapat diterapkan untuk
mengurangi resiko infeksi KHV misal ikan mas, nila gurami.
2. Mengurangi kepadatan akan memperkecil peluang terjadinya penularan dan penyebaran penyakit KHV.
3. Mengatur suhu air atau memindahkan ikan ke lokasi yang bersuhu lebih tinggi dari 27oC atau lebih rendah dari 22oC.
4. Pengendalian
KHV di Perairan Umum (KJA) dapat dilakukan melalui penggunaan benih
bebas KHV, peningkatan mutu pangan, penggunaan imunostimulan termasuk
vitamin C serta mengurangi kepadatan. Apabila ini tidak berhasil ikan
segera dipanen dan dimusnahkan.
Monitoring Kesehatan Ikan
Kegiatan
Monitoring dimaksudkan untuk mengetahui serangan KHV secara dini
secara dini serta faktor-faktor yang memicu terjadinya serangan
tersebut, sehingga monitoring harus dilakukan secara berkala.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam Penanggulangan KHV
1. Pilih benih yang berasal dari daerah yang masih bebas KHV.
2. Melaporkan sesegera mungkin kepada petugas Dinas Perikanan atau instansi terkait setempat bila terjadi kasus KHV.
3. Periksakan benih ikan sebelum ditebarkan ke laboratorium Uji yang dilengkapi alat PCR.
4. Eradikasi Patogen / Kegiatan pemusnahan virus dari media pembawa (air dan ikan)
5. Pengelolaan Lingkungan Budidaya
* Memperbaiki sistim Budidaya
* Monitoring Kesehatan Ikan dan Lingkungan
6. Mencegah penyebaran virus melalui media pembawa, terutama ikan sakit dan sarana transportasinya.
· Pencegahan
Karantina adalah metode yang paling diandalkan untuk menghindari pengenalan patogen dalam sebuah kolam atau fasilitas. Untuk
menerapkan prosedur karantina yang efektif, semua ikan baru harus
disimpan dalam sistem yang terpisah, idealnya di gedung yang berbeda
atau daerah dari ikan penduduk. Resident ikan harus diberi makan, ditangani, dan dipelihara sebelum ikan baru. Ikan dikarantina membutuhkan peralatan khusus seperti jaring, ember, dan selang menyedot yang digunakan hanya untuk mereka. Selain itu, mandi mencuci kaki dan tangan harus digunakan oleh siapa saja memasuki dan meninggalkan area karantina. Ikan harus dikarantina untuk minimal 30 hari.
Khusus untuk KHV, koi baru harus dikarantina dalam air yaitu 75 ° F (24 ° C) selama minimal 30 hari. Di
akhir periode karantina, setiap ikan yang sakit harus diperiksa oleh
seorang dokter hewan dan / atau laboratorium diagnostik untuk
menyingkirkan KHV atau penyakit lainnya. Jika semua ikan
tampak sehat, sampel darah harus dikumpulkan dari ikan dikarantina dan
diajukan untuk deteksi antibodi baik menggunakan metode ELISA atau VN.
Pada
akhir periode karantina dan sebelum menempatkan ikan bersama-sama,
tempat koi baru dengan beberapa koi dari populasi didirikan di daerah
yang terpisah jauh dari sisa populasi didirikan dan menonton mereka
tanda-tanda penyakit. Ini "test" dapat membantu menentukan
dengan sejumlah kecil ikan apakah menempatkan dua populasi karantina
bersama-sama berikut ini bisa menimbulkan masalah. Sayangnya, tidak ada jaminan.
Sumber:
http://paracetamole.blogspot.com/2011/05/virus-herpes-koi-khv.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar