PROPILE RUMPUT
LAUT INDONESIA
Indonesia sebagai Negara kepulauan dengan jumlah pulau 17.504 buah
pulau dan panjang garis pantai mencapai 81.000 Km adalah mempunyai potensi
untuk pengembangan budidaya rumput laut, mudah di budidayakan, mempunyai
prospek pasar yang baik, serta dapat meningkatkan pemberdayaan masyarakat di pesisir pantai. Rumput laut merupakan
salah satu komoditas perdagangan internasional dan telah di eksport ke 30
negara.
Jenis rumput laut yang banyak terdapat di perairan Indonesia adalah:
Gracilaria, Gelidium, Eucheuma, Hypnea, Sargasum, dan Turbinaria, beberapa
jenis rumput laut telah di kembangkan rutus jenis produk yang dapat di
manfaatkan di berbagai bidang, antara lain pada industri pangan dan non pangan.
Sebagian besar rumput laut dari Indonesia
masih di eksport dalam bentuk baru dan kering sebagain di olah dalam bentuk
bahan setengah jadi dan bahan jadi.
Jenis alga merah yang mempunyai nilai ekonomis adalah: Eucheuma Sp,
Glacilaria Sp, Gelidium Sp, Sargassum Sp, dan Turbinaria Sp. Dari jenis yang
telah di budidayakan adalah: Jenis Eucheuma Sp dan gracilaria Sp. Eucheuma Sp
dibudidayakan di periran pantai dan laut, sedangkan Gracilaria Sp dapat di
budayakan di tambak. Jenis lain yang belum dapat di budidayakan adalah:
Gilidium Sp dan kelas dari algae coklat (Sargassum Sp dan Turbinaria Sp)
Rumput laut atau Algae laut tumbuh hamper di seluruh bagian
hidrosfer sampai batas kedalaman sinar matahari masih dapat mencapainya.
Beberapa jenis rumput laut hidupnya kosmopolit, mendunia. Rumput laut hidup
sebagai fitobenthos dengan menancapkan atau melekatkan dirinya pada substra
Lumpur, pasir, kerang, fragmen karang mati, batu, kayu dan benda-benda keras
lainnya.
Faktor oseanografi (Fisika,
kimia dan dinamika) dan macam-macam substrat sangatlah menentukan rumput laut.
Sinar matahari adalah factor utama yang di perlukan untuk pertumbuhan atau
kehidupan rumput laut. Nutrisi yang di peroleh dari media air laut yang di serap secara difusi oleh tallus
rumput laut.Iklim dan letak geografis sangat menentukan jenis rumpur laut yang
dapat tumbuh.
Dari hasil fotosintesa rumput laut menghasilkan beberapa zat yang
penting dan mempunyai nilai ekonomis. Rumput laut merah (Rhodophyceae)
menghasilkan floridin starch, mannoglicerate dan floridosida. Lebih spesifik
lagi dikenal dengan polisakarida berupa agar-agar dan keraginan. Rumput laut
coklat (Phaeophyceae) menghasilkan alginate. Rumput laut hijau (Chlorophyceae)
Menghasilkan kanji dan lemak.
Perkembangan rumput laut pada dasarnya ada dua macam yaitu: secara
kawin (generatip) antara gamet jantan dan gamet betina dan secara tidak kawin
dengan cara vegetatif, kojugatif dan perseporaan.
Beberapa jenis
rumput laut merah di perairan Indonesia
yang dapat di sajikan antara lain:
Eucheuma
denticulatus (E. Sponosum)
Sering di sebut
agar-agar patah tulang, Ciri-cirinya:
a). Thallus silindris.
b). Permukaan licin.
c) cartilaginous.
d) warna coklat tua, hijau
kuning atau merah ungu.
Ciri-ciri
khusus secara mofologis memiliki duri yang tumbuh
berderet melingkari talus dengan interval yang bervariasi sehingga membentuk
ruas-ruas thallus diantara lingkaran duri.Percabangan belawanan atau beerselang
seling dan timbul teratur pada deretan durin antara ruas dan merupakan
kepanjangan dari duri tersebut. Cabang dasn duri ada juga yang tumbuh pada ruas
thallus tetapi agak pendek. Ujung percabangan meruncing dan setiap percabangan
mudah melengket pada substrat yang merupakan cirri khas E. Sponosum.
Habitat dan Penyebaran:
Algae ini tumbuh tersebar di perairan Indonesia pada tempat-tempat yang
sesuai dengan persyratan tumbuhnya, antara lain substrat batu, air jernih, ada
arus atau terkenan gerakan air lainnya, kadar garam antara 28-36 per mil dan
cukup sinar matahari.
Nilai dan potensial Ekonomi:
Merupakan komoditas eksport dan
konsumsi dalam negeri. Dimanfaatkan sebagai bahan
makanan, sayuran dan lalapan di beberapa tempat antara lain di lombok barat,
jawa barat. Kandungan kimianya yang penting adalah: iota karagina.
2 . Eucheuma edule
Sering disebut:
Agar-agar besar. Ciri-cirinya:
a). Thallus silindris.
b). Permukaan licin.
c) gelatinaeus-cartilaginaeus
d) warna hijau kuning atau coklat hijau.
Percabangan berselang selang dengan interval yang jarang pada
thallus terdapat benjolan-benjolan yang sebagian berkembang menjadi duri-duri
besar. Ukuran thallus umumnya lebih besar dari pada jenis Eucheuma lainnya,
sehingga rumpun tampak lebih kokoh tetapi tidak begitu rimbun.
Habitat dan Penyebaran
Tumbuhnya menempel pada batu di daerah rataan terumbuh karang. Kelimpahannya rendah tidak begitu
umum di jumpai.
Nilai
dan potensi Ekonomi
Sebagai sumber kappa karaginan
merupakan komoditas eksport seperti halnya dengan kappaphycus alvarezii hasil
budidaya. Produksinya masih bersifat alami, belum ada dari budidaya populasinya
di alam tidak begitu banyak seperti E. Spinosium.
3. Eucheuma
cotonii
Cotonii nama ini umumunya di kenal
dan biasa dipakai dalam dunia perdagangan nasional dan internasional.
Ciri-Cirinya: Thallus silindris.
a). Permukaan licin.
b). cartilaginous.
c). warna hijau,hijau kuning,abu-abu atau merah.
d). penampakan Thallus berfariasi mulai dari bentuk sederhana sampai
kompleks. Duri-duri pada thallus terdapat juga sama seperti halnya dengan E. Spinosium tetapi tadak bersusun melingkari
thallus.Percabangan ke berbagai arah dengan batang-batang utama keluar saling
berdekatan di daerah basal (pangkal). Tunbuh melekat ke subtract dengan alat
perekat berupa cakram. Cabang-cabang pertama dan kedua tumbuh membentuk rumpun
dengan cirri khusus mengarah kea rah datangnya sinar matahari. Cabang-cabang
tersebut tanpak ada yang memanjang atau melengkung seperti tanduk.
Habitat dan penyebarannya:
Di alam, tumbuh melekat pada substrat dengan alat perekat berupa
cakram. Jenis ini
berasal dari perairan saba (malaysia) dan kepulauan sulu (pilipina). Kemudian
di kembangkan ke berbagai negara sebagai tanaman budidaya.
Nilai
dan potensi ekonomis:
Di indonesia seluruh produksinya
berasal dari budidaya, antara lain dikembangkan di jawa, bali, NTB, sulawesi
dan maluku. Sebagai komoditas eksport dan bahan baku industri. Karaginan yang
di hasilkan adalah tipe kappa karagina. Oleh karena itu jenis ini secara
taksonomi dirubah namanya dari Eusheuma alvarezii menjadi kappaphycus
alvarezii. 4. Gracilaria verrucosa
Ciri-cirinya: Thallus selindris, licin berwarna kuning coklat atau kuning hijau.
Percabangan berselang seling tidak beraturan, kadang-kadang berulang-ulang
memusat kebagian pangkal. Cabang-cabang lateral memanjang menyerupai rambut,
ukuran panjang sekitar 25 cm dan dia meter thallus sekitar 0,5-1,5 mm.
Habitat dan penyebaran:
Di alam dapat menempel pada substrat batu atau benda lainnya, algae
jenis ini sekarang merupakan tanaman budidaya di tambak banyak di jumpai di
daerah takalar sulawesi selatan.
Nilai dan potensi ekonomi:
Sebagai bahan baku
pabrik agar-agar di dalam negeri dan juga merupakan komoditas eksport. Sudah di budidaya di tambak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar