Halaman

GEMPITA

GEMPITA
Lomba Kelompencapir Minapolitan

Selasa, 06 Juli 2010

PROFIL RUMPUT LAUT DI INDONESIA


PROPILE RUMPUT LAUT INDONESIA


Indonesia sebagai Negara kepulauan dengan jumlah pulau 17.504 buah pulau dan panjang garis pantai mencapai 81.000 Km adalah mempunyai potensi untuk pengembangan budidaya rumput laut, mudah di budidayakan, mempunyai prospek pasar yang baik, serta dapat meningkatkan pemberdayaan masyarakat  di pesisir pantai. Rumput laut merupakan salah satu komoditas perdagangan internasional dan telah di eksport ke 30 negara.


Jenis rumput laut yang banyak terdapat di perairan Indonesia adalah: Gracilaria, Gelidium, Eucheuma, Hypnea, Sargasum, dan Turbinaria, beberapa jenis rumput laut telah di kembangkan rutus jenis produk yang dapat di manfaatkan di berbagai bidang, antara lain pada industri pangan dan non pangan. Sebagian besar rumput laut dari Indonesia masih di eksport dalam bentuk baru dan kering sebagain di olah dalam bentuk bahan setengah jadi dan bahan jadi.

Jenis alga merah yang mempunyai nilai ekonomis adalah: Eucheuma Sp, Glacilaria Sp, Gelidium Sp, Sargassum Sp, dan Turbinaria Sp. Dari jenis yang telah di budidayakan adalah: Jenis Eucheuma Sp dan gracilaria Sp. Eucheuma Sp dibudidayakan di periran pantai dan laut, sedangkan Gracilaria Sp dapat di budayakan di tambak. Jenis lain yang belum dapat di budidayakan adalah: Gilidium Sp dan kelas dari algae coklat (Sargassum Sp dan Turbinaria Sp)

Rumput laut atau Algae laut tumbuh hamper di seluruh bagian hidrosfer sampai batas kedalaman sinar matahari masih dapat mencapainya. Beberapa jenis rumput laut hidupnya kosmopolit, mendunia. Rumput laut hidup sebagai fitobenthos dengan menancapkan atau melekatkan dirinya pada substra Lumpur, pasir, kerang, fragmen karang mati, batu, kayu dan benda-benda keras lainnya.

Faktor  oseanografi (Fisika, kimia dan dinamika) dan macam-macam substrat sangatlah menentukan rumput laut. Sinar matahari adalah factor utama yang di perlukan untuk pertumbuhan atau kehidupan rumput laut. Nutrisi yang di peroleh dari media air laut  yang di serap secara difusi oleh tallus rumput laut.Iklim dan letak geografis sangat menentukan jenis rumpur laut yang dapat tumbuh.

Dari hasil fotosintesa rumput laut menghasilkan beberapa zat yang penting dan mempunyai nilai ekonomis. Rumput laut merah (Rhodophyceae) menghasilkan floridin starch, mannoglicerate dan floridosida. Lebih spesifik lagi dikenal dengan polisakarida berupa agar-agar dan keraginan. Rumput laut coklat (Phaeophyceae) menghasilkan alginate. Rumput laut hijau (Chlorophyceae) Menghasilkan kanji dan lemak.


Perkembangan rumput laut pada dasarnya ada dua macam yaitu: secara kawin (generatip) antara gamet jantan dan gamet betina dan secara tidak kawin dengan cara vegetatif, kojugatif dan perseporaan.

Beberapa jenis rumput laut merah di perairan Indonesia yang dapat di sajikan antara lain:

Eucheuma denticulatus (E. Sponosum)

Sering di sebut agar-agar patah tulang, Ciri-cirinya:
a). Thallus silindris.
b). Permukaan licin.
c)  cartilaginous.
d)  warna coklat tua, hijau kuning atau merah ungu.
Ciri-ciri khusus secara mofologis memiliki duri yang tumbuh berderet melingkari talus dengan interval yang bervariasi sehingga membentuk ruas-ruas thallus diantara lingkaran duri.Percabangan belawanan atau beerselang seling dan timbul teratur pada deretan durin antara ruas dan merupakan kepanjangan dari duri tersebut. Cabang dasn duri ada juga yang tumbuh pada ruas thallus tetapi agak pendek. Ujung percabangan meruncing dan setiap percabangan mudah melengket pada substrat yang merupakan cirri khas E. Sponosum.

Habitat dan Penyebaran:
Algae ini tumbuh tersebar di perairan Indonesia pada tempat-tempat yang sesuai dengan persyratan tumbuhnya, antara lain substrat batu, air jernih, ada arus atau terkenan gerakan air lainnya, kadar garam antara 28-36 per mil dan cukup sinar matahari.

Nilai dan potensial Ekonomi:
Merupakan komoditas eksport dan konsumsi dalam negeri. Dimanfaatkan sebagai bahan makanan, sayuran dan lalapan di beberapa tempat antara lain di lombok barat, jawa barat. Kandungan kimianya yang penting adalah: iota karagina.

2 . Eucheuma edule

Sering disebut: Agar-agar besar. Ciri-cirinya:
a). Thallus silindris.
b). Permukaan licin.
c) gelatinaeus-cartilaginaeus
d) warna hijau kuning atau coklat hijau.
Percabangan berselang selang dengan interval yang jarang pada thallus terdapat benjolan-benjolan yang sebagian berkembang menjadi duri-duri besar. Ukuran thallus umumnya lebih besar dari pada jenis Eucheuma lainnya, sehingga rumpun tampak lebih kokoh tetapi tidak begitu rimbun.

Habitat dan Penyebaran
Tumbuhnya menempel pada batu di daerah rataan terumbuh karang. Kelimpahannya rendah tidak begitu umum di jumpai.

Nilai dan potensi Ekonomi
Sebagai sumber kappa karaginan merupakan komoditas eksport seperti halnya dengan kappaphycus alvarezii hasil budidaya. Produksinya masih bersifat alami, belum ada dari budidaya populasinya di alam tidak begitu banyak seperti E. Spinosium.

3. Eucheuma cotonii
Cotonii nama ini umumunya di kenal dan biasa dipakai dalam dunia perdagangan nasional dan internasional.
Ciri-Cirinya: Thallus silindris.
a). Permukaan licin.
b). cartilaginous.
c). warna hijau,hijau kuning,abu-abu atau merah.
d). penampakan Thallus berfariasi mulai dari bentuk sederhana sampai kompleks. Duri-duri pada thallus terdapat juga sama seperti halnya dengan E. Spinosium tetapi tadak bersusun melingkari thallus.Percabangan ke berbagai arah dengan batang-batang utama keluar saling berdekatan di daerah basal (pangkal). Tunbuh melekat ke subtract dengan alat perekat berupa cakram. Cabang-cabang pertama dan kedua tumbuh membentuk rumpun dengan cirri khusus mengarah kea rah datangnya sinar matahari. Cabang-cabang tersebut tanpak ada yang memanjang atau melengkung seperti tanduk.
Habitat dan penyebarannya:
Di alam, tumbuh melekat pada substrat dengan alat perekat berupa cakram. Jenis ini berasal dari perairan saba (malaysia) dan kepulauan sulu (pilipina). Kemudian di kembangkan ke berbagai negara sebagai tanaman budidaya.
Nilai dan potensi ekonomis:
Di indonesia seluruh produksinya berasal dari budidaya, antara lain dikembangkan di jawa, bali, NTB, sulawesi dan maluku. Sebagai komoditas eksport dan bahan baku industri. Karaginan yang di hasilkan adalah tipe kappa karagina. Oleh karena itu jenis ini secara taksonomi dirubah namanya dari Eusheuma alvarezii menjadi kappaphycus alvarezii.                                                                                                             4. Gracilaria verrucosa
Ciri-cirinya: Thallus selindris, licin berwarna kuning coklat atau kuning hijau. Percabangan berselang seling tidak beraturan, kadang-kadang berulang-ulang memusat kebagian pangkal. Cabang-cabang lateral memanjang menyerupai rambut, ukuran panjang sekitar 25 cm dan dia meter thallus sekitar 0,5-1,5 mm.
Habitat dan penyebaran:
Di alam dapat menempel pada substrat batu atau benda lainnya, algae jenis ini sekarang merupakan tanaman budidaya di tambak banyak di jumpai di daerah takalar sulawesi selatan.
Nilai dan potensi ekonomi:
Sebagai bahan baku pabrik agar-agar di dalam negeri dan juga merupakan komoditas eksport. Sudah di budidaya di tambak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar